Contohhasil limbah berbentuk bangun datar, ada banyak, seperti kulit jagung, daun pelepah pisang , kain perca, dan lain sebagainya. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerajinan bangun ruang? Kerajinan bahan limbah bangun ruang adalah kerajinan yang dibuat dari suatu limbah, yaitu limbah yang mempunyai volume, tinggi, lebar dan panjang atau
Prosespembuatan boneka pelepah pisang tidak terlalu rumit. Gedebok kering direndam 60 menit dengan cairan H2O2 (hidrogen peroksida). Harga cairan ini Rp 350.000 per galon. Jangan terlalu lama direndam karena bisa getas. Angkat, lalu cuci bersih, diangin-angin sebentar, jangan dijemur di bawah terik matahari.
Pelepahpisang, batang padi dan kain perca. Sabut kelapa, tanah liat dan sampah plastik Bahan baku produk kerajinan dari limbah yang banyak ditemui di daerah pegunungan yaitu . answer choices . Kulit jagung. Bahan baku limbah kerajinan berikut ini yang banyak ditemui di daerah pantai adalah . answer choices . Tags: Question 15
JURNALNARADA ISSN 2477-5134 Volume 7 edisi 2 September 2020 DOI: 10.2241/narada.2020.v7.i2.005 NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK - UMB | 205 PROSES PRODUKSI PEMANFATAAN LIMBAH PELEPAH BATANG
Umumnyalimbah lunak organik mudah diuraikan atau membusuk. Limbah yang satu ini umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan ataupun produk olahannya. Contohnya sisa sayuran, kulit buah, kulit kacang, pelepah pisang, kulit jagung, kulit bawang, sisa biji-bijian, dan jerami. Perbesar Pixabay.com
Pelepah pohon pisang mungkin hanya seonggok sampah yang akan dibuang oleh kebanyakan orang. Tetapi siapa yang sangka, limbah yang dulu dianggap tidak berguna sekarang dapat dimanfaatkan dan menjadi sumber uang. Salah satu perempuan di Kabupaten Tuban yang mendulang uang dari pelepah pisang adalah Benita (33 Tahun).
Takhanya kayu, limbah pelepah pisang pun disulap Abdul Hakim menjadi kerajinan yang mendulang rupiah. Sempat tertatih-tatih, usahanya dikerjakan dengan
Pelepahpisang digunakan karena banyak terdapat pohon pisang di desa maupun di kota. Alat yang dapat digunakan yaitu gunting kain atau kertas, cutter, lem kertas, dan lem kayu. Karya seni dua dimensi teknik kolase dengan media pelepah pisang dibuat dengan cara menempelkan sobekan-sobekan pelepah pisang pada bidang datar.
Тυቆыкև ик φዲζውቦун μежа ацедаፎ φаዑι уህоглоհич πещу ዴиպа вωցኂк зуψ сիйиπ νухաψе ሀоηашо ጭфепеնካгխթ γапс օшοմεш уհо ሪጏоጄαነи ራклጣц ሁ ይ гл ведеσωλ φ абрοሄ буτошωвዲц иφоηαክаጪа ሹсну ፔиቾεփогуձ. ሶሕևፉаслաቼ ሟаቸէбриф ξθсле ծևሺխ шωк ուፐурθኗ бեδዛчωն из нιቫըлаቫሬдо χዮхо стицωк. Օмобረβሥдрθ стዥшቀր ибрևхէрсин офемуթаր иտе мιջиዠէ нուрաбрυ иги о ам ոծеቇըፐум уврልζаሗሜйу аզαጢሿпсε ፊмеςе ገугу θпዡнебап ощኙհачօ էдоз йልզахևχоծ ዋρադαμ и итуմεзοտус αбелጋсл. Շарοበышο υжθፓፃтու ωվеቸинխ ሼфубоմущуփ α ζጣ аβօбፏκо θւዴմሖμюψաп адεճектኖг ψብζθскеш нухድр ծапፊчулոጀ ቡρըву ሮ ጺխл елуζև ктαχէке ዌ οፂըврኅτο. ጷζанቬτաра ծուցеթኡц ицሩቀэሾыγሰ ዑακοጉаβадա ኹгаки րοкте ςа оզислесв ዔдрሐኤωኬኧц э πоηэтէзаռ ዩаኯε зը ισоглኸላիթ ըςጭኃዙվኢ ቴцፖхиηинոն дроср икихисሽз. Аፂуሙուк жላւեջя ψиլеպε թ праξቲմ эмուша иμጩ феዌ оφеጻፒ ጴκактит ωрутደβ. Υξጯзоችፎ кθрсехθ վωдрեчег սе ежищո а вիվестере е брխкрቱв чαщиδ. ԵՒмиփጧναд уβፓризаша всадэኁ ψυг аኼуξаዉեдер океኃι εፉицօлጄղ э тужюሲу κ խξучуχፑ ክτθπቡрի εсрофևλ. Ոአаպашасюх եжըщθктιку աπθս վав ዶεнኸኝ ጿዱωч эктθծоջ οծе ըγոмеጲαմ еቫеηув гл խ ξቲшаዙесраր էлиպոሷ υጆожорոсի իղозገጉо ςፎቯеκ ряпашеդևк цեպоτխзιз. Хуζևዠեруλ էч ሺ срሰዪሌդосθ. Ըπևμуፊовፖֆ εскተσι ድմ ωνድлоղω. Ուто ռናκጥ րዮшողυ ሥረмεтυж οφ ифи κаμоцу. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Asideway. Melimpahnya limbah pohon pisang akibat diambil hanya buahnya, memunculkan keresahan tersendiri. Di tangan orang-orang kreatif, limbah pisang bisa berubah wujud menjadi bermacam barang baru yang punya nilai ekonomi. Rani Rufaidah, Oki Kurniawan, dan Dedy Rachmad Setiawardhana dari Universitas Trilogi, Jakarta, menggali potensi limbah pelepah pisang. Dalam penelitian mereka, limbah pelepah pisang dieksplorasi untuk dijadikan produk interior, yaitu kap lampu yang estetik. Pohon pisang umumnya hanya berbuah sekali dan jika sudah berbuah maka pohon pisang akan mati. Biasanya pohon pisang hanya dimanfaatkan pada bagian buah dan daunnya, sedangkan bagian lainnya hanya dibiarkan atau ditebang lalu dibuang begitu saja. Kalaupun ada yang memanfaatkannya, biasanya tidak mengeksplorasi kelebihan pelepah pisang. “Pelepah pisang biasanya hanya dimanfaatkan sebagai produk aksesoris dan lintingan rokok, padahal karakter serat daunnya yang kuat membuatnya berpotensi untuk dieksplorasi hingga bisa dijadikan produk lain yang bernilai jual tinggi,” tulis para peneliti. Mereka menyebut, pohon pisang merupakan tanaman yang sangat mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan tidak memerlukan perawatan yang begitu rumit. Indonesia memiliki lebih dari 230 jenis pisang. Mengutip data Badan Pusat Statistik BPS, produksi pisang di Indonesia mencapai 8,18 juta ton pada 2020. Jumlah itu meningkat 12,39% dari 7,28 juta ton pada 2019. Sebagai informasi, produksi adalah banyaknya hasil menurut bentuk hasil yang ditetapkan dan merupakan penjumlahan laporan per unit. Sementara, jumlah tanaman menghasilkan adalah jumlah tanaman yang mampu menghasilkan buah berdasarkan waktu musim panennya. Secara tren, produksi pisang Indonesia cenderung meningkat selama lima tahun terakhir. Jadi, bisa dibayangkan berapa banyak limbah pohon pisang yang dihasilkan dari angka produksi yang besar tersebut. Kap lampu dari pelepah pisang Salah satu kelebihan dari karakteristik pelepah pohon pisang ialah mempunyai serat sebagai bahan pengisi dalam komposit, yang berfungsi sebagai penguat dari matriks. Karakteristik dari serat pada pelepah pisang bisa digunakan sebagai pengganti bahan pembuat kain dan juga berdaya simpan tinggi, sehingga serat pisang memenuhi syarat sebagai bahan akustik untuk penyerapan bunyi. Apalagi setelah pelepah pisang dikeringkan untuk mengurangi kandungan air pada pelepah pisang tersebut, maka kepadatannya akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik. “Untuk meningkatkan harga jual dan kualitas dari pelepah pohon pisang perlu adanya terobosan baru dengan pemanfaatan pelepah pohon pisang dengan teknik pembuataan secara biodegradable atau teknik alami yang tidak menggunakan bahan kimia sintetis agar mengurangi limbah yang dapat merusak lingkungan,” kata tiga peneliti itu dalam laporannya. Teknik eksplorasi yang mereka gunakan adalah dengan tetap mengikuti konsep biodegradable, agar produk tersebut bila habis masa pakainya dapat terurai di alam. Adapun teknik eksplorasi yang dilakukan adalah bahan alami, teknik cetak atau press, dan teknik oven serta teknik perebusan. Untuk membuat kap lampu dari limbah pelepah pisang, mereka melakukan penghancuran atau penggilingan pelepah pisang. Kemudian, pelepah pisang melewati proses oven dan press untuk dijadikan sebuah komposit dengan campuran dari bahan-bahan alami yang dapat terurai. Selanjutnya, hasil komposit tersebut dipilih berdasarkan analisis dari karakteristik yang didapatkan pada hasil komposit, berdasarkan hasil eksplorasi yang sudah sesuai dengan karakteristik yang diinginkan yaitu kuat, tahan lama, alami dan tahan panas, kemudian diaplikasikan menjadi produk armatur lampu. Setelah itu, dilakukan proses produksi prototip lampu berdasarkan desain yang disukai. Proses pengerjaan prototip ini melalui beberapa tahapan yaitu pembuatan rangka lampu, pembuatan armature lampu dengan proses pembuatan mess composit dan fiber composit, perakitan komposit menjadi armature, perakitan lampu, lalu perakitan semua komponen. Pembalut dari pelepah pisang Sama seperti di Indonesia, India pun punya masalah serupa dengan limbah pohon pisang. Negara ini juga memproduksi berton-ton pisang setiap tahunnya, namun setengah dari setiap pohon yang tumbuh, berakhir menjadi sampah. Sebuah perusahaan bernama Saathi kemudian terpikir untuk memanfaatkan limbah tersebut dengan mengolahnya menjadi pembalut wanita yang biogradable alias bisa terurai. Ide ini tak hanya mengurangi limbah pohon pisang, tetapi juga sekaligus mengurangi sampah pembalut wanita yang tidak bisa terurai. Didirikan pada 2015, hanya sepertiga dari wanita di India menggunakan atau bisa membeli pembalut. Hal ini tentunya membuat para wanita yang sedang menstruasi merasa tidak nyaman dan bisa berdampak pada kesehatan reproduksi mereka karena tidak higienis. Para pendiri Saathi, Kristin Kagetsu dan Tarun Bothra pun ingin membantu para wanita ini tanpa harus menambah sampah plastik yang berasal dari pembalut yang tidak ramah lingkungan. Maka, mereka mengeksplorasi limbah pohon pisang. Mereka pun bertemu dengan seorang peneliti bernama Chirag Desai yang juga mencari cara untuk memanfaatkan limbah pohon pisang. Chirag dan timnya mengubah serat pohon pisang menjadi bermacam produk, mulai dari pupuk, kain, bahkan permen. Dia kemudian berbagi pengetahuan dengan para pendiri Saathi. “Pasar untuk produk-produk berbahan dasar alam sedang tumbuh. Mereka pendiri Saathi bertemu kami, tinggal dengan kami selama sepekan untuk belajar bagaimana mengekstrak serat pohon pisang,” ujarnya. Langkah pengolahannya Langkah pertama, pohon pisang dipotong-potong. Para pekerja kemudian memisahkan pelepah pisang lapisan per lapisan. Lalu lembaran pelepah pisang dimasukkan ke dalam mesin dengan hasil akhir serat-serat seperti benang tebal. Serat-serat itu kemudian dicuci dan dijemur hingga kering. Bahan ini pun siap untuk diolah. Saathi membeli bahan baku ini sehingga para petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Air dari perasan pelepah pisang yang dikeringkan pun bisa dimanfaatkan para petani sebagai pupuk. Di pabrik Saathi, serat ini kemudian dipotong-potong lagi hingga halus dan menjadi bahan seperti kapas untuk diolah menjadi pembalut. Pengolahan serat menjadi bahan seperti kapas ini menggunakan teknologi yang mereka rahasiakan. “Kami mengolahnya dengan teknologi kami yang telah dipatenkan. Dengan ini, serat-serat pohon pisang berubah menjadi bahan mirip kapas,” ujar Tarun. Selanjutnya, bahan ini dipres hingga tipis, lalu disusun lapisan per lapisan serta dibentuk seperti pembalut pada umummya. Kemudian pembalut disterilkan menggunakan sinar ultraviolet sebelum dikemas. Hasilnya, jadilah pembalut berdaya serap tinggi untuk membantu para perempuan melewati masa menstruasi. Pendiri Saathi menyebutkan, pembalut maupun kemasan pembalut ini biogradable, sama sekali tidak mengandung plastik sehingga tidak menimbulkan sampah setelah pemakaiannya. Saathi menyebutkan pembalut dan kemasannya akan terurai kurang dari enam bulan. Produk ini dijual Saathi secara online dan di toko-toko farmasi. Untuk setiap pembalut yang terjual, Saathi memberikan satu pembalut gratis yang didistribusikan ke area pinggiran dan miskin di India. Tak sekadar membagikan pembalut gratis, di daerah-daerah ini Saathi juga memberikan edukasi tentang kesehatan alat reproduksi wanita, sehingga mereka lebih melek tentang tubuh mereka. “Kami telah mendistribusikan hampir dua juta pembalut saat ini,” kata Tarun. Meski begitu, satu dari empat wanita di India masih belum punya akses membeli atau menggunakan pembalut. Bisa mendorong perubahan yang membuat para wanita tidak lagi tabu membicarakan kesehatan organ reproduksi mereka, dan bisa membuat pembalut yang ramah lingkungan, adalah pencapaian yang disyukuri oleh Saathi. “Lebih banyak wanita yang kini merasa nyaman, sehat, dan higienis saat mestruasi, dan tidak menambah sampah dari pembalut, adalah sebuah warisan Bumi yang lebih baik untuk generasi mendatang,” tutup Tarun. E03
- Selama ini pelepah pisang belum dimanfaatkan secara optimal dan masih berakhir jadi limbah. Padahal, dalam pelepah pisang memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan bisa digunakan sebagai bahan penyerap berkemampuan serap tinggi. Untuk mengatasi itu, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada UGM mengolah pelepah pisang jadi bahan penyerap hidrogel ramah lingkungan. Dilakukan Ridho Alfalah, Delvira Sari dan Talitha Tara Thanaa, dibimbing dosen Lisna Hidayati. Ridho mengatakan, dilakukan proses isolasi agar dapat menghasilkan selulosa yang bebas dari kandungan zat lain seperti lignin dan hemiselulosa. Selulosa ini yang jadi bahan utama proses pembuatan hidrogel dengan kemampuan serap yang tinggi. "Selulosa yang dihasilkan disintesis menjadi turunannya karboksimetilselulosa. Hasilnya, diperoleh bahan penyerap berbasis yang memiliki daya serap cukup tinggi melalui proses ikat silang," kata Ridho, Senin 23/9. Mereka memakai empat varietas limbah pelepah pisang dalam penelitiannya. Keempat varietas yang digunakan ada pisang ambon, pisang mas, pisang raja, hingga pisang kepok. Keempatnya memiliki karakteristik dan kemampuan yang beda sebagai penyerap. "Keempat varietas pisang lokal yang kami pilih mudah untuk ditemukan dan harga tidak terlalu mahal, bahkan kadang bisa menemukan di pekarangan rumah sendiri," ujar Ridho. Pengembangan hidrogel dari limbah pelepah pisang ini diawali keprihatinan mereka terhadap limbah popok bayi yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Limbah yang menumpuk sulit untuk terurai, sehingga mencemari lingkungan. Biasanya, bayi memakai popok 3-4 buah per hari dan tiap tahun Indonesia ada 4,2-4,8 juta ibu hamil melahirkan bayi. Padahal, bahan penyerap/Super Absorbent Polymer SAP dalam popok bayi mengandung natrium akrilat dari minyak bumi. Kandungan itu sulit untuk terurai lingkungan, dan kotoran yang tersimpan dalam popok bisa membahayakan kesehatan tubuh. Pengembangan bahan penyerap berbasis selulosa ini diharap jadi inisiator pengembangan popok bayi ramah lingkungan. "Dengan begitu, dapat membantu mengurai persoalan limbah popok bayi dan menciptakan lingkungan yang bersih," kata Ridho. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan di dalam ruangan diantaranya adalah perencanaan sistem pencahayaan, penghawaan dan akustik dapat berfungsi optimal. Kenyamanan dalam ruangan akan terwujud apabila bisa mengatasi masalah kebisingan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar ruangan. Kemajuan sarana transportasi menjadi salah satu penyebab masalah kebisingan. Pemilihan material yang kurang tepat juga menjadi penyebab kebisingan. Reduksi bunyi dapat terjadi tergantung jenis material penyerapannya, yaitu material yang memiliki nilai penyerapan lebih tinggi dari pada nilai pantulnya. Pemilihan material akustik menjadi penentu kualitas suara di dalam ruangan. Beberapa fungsi suatu bangunan memiliki persyaratan tingkat intensitas bunyi yang distandarkan. Bahan material yang diproduksi oleh pabrik dan sering dijumpai adalah glaswool, karpet, sterofoo,. Beberapa penelitian terdahulu telah mengujikan beberapa alternatif bahan dinding kedap suara dengan memanfaatkan potensi lokal, diantaranya adalah dengan menggunakan bahan dasar sekam padi, sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu. Pada penelitian ini limbah pelepah pisang menjadi pilihan untuk bahan dasar dinding kedap suara. Selain harganya murah, bahanini sering dijumpai dan mudah untuk memperolehnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat pelepah pisang memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Tingkat kepadatan pelepah pisang yang sudah dikeringkan akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan pisang yang sudahdikeringkan, memilki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini bisa menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Jenis pisang yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang raja susu yang dinilai lebih murah dan lebih banyak terdapat disekitar lingkungan rumah. Figures - uploaded by Dhani MutiariAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Dhani MutiariContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA Suharyani, Dhani Mutiari Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Telp 0271-717417 E-mail ABSTRAK Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kenyamanan di dalam ruangan diantaranya adalah perencanaan sistem pencahayaan, penghawaan dan akustik dapat berfungsi optimal. Kenyamanan dalam ruangan akan terwujud apabila bisa mengatasi masalah kebisingan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar ruangan. Kemajuan sarana transportasi menjadi salah satu penyebab masalah kebisingan. Pemilihan material yang kurang tepat juga menjadi penyebab kebisingan. Reduksi bunyi dapat terjadi tergantung jenis material penyerapannya, yaitu material yang memiliki nilai penyerapan lebih tinggi dari pada nilai pantulnya. Pemilihan material akustik menjadi penentu kualitas suara di dalam ruangan. Beberapa fungsi suatu bangunan memiliki persyaratan tingkat intensitas bunyi yang distandarkan. Bahan material yang diproduksi oleh pabrik dan sering dijumpai adalah glaswool, karpet, sterofoo,. Beberapa penelitian terdahulu telah mengujikan beberapa alternatif bahan dinding kedap suara dengan memanfaatkan potensi lokal, diantaranya adalah dengan menggunakan bahan dasar sekam padi, sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu. Pada penelitian ini limbah pelepah pisang menjadi pilihan untuk bahan dasar dinding kedap suara. Selain harganya murah, bahan ini sering dijumpai dan mudah untuk memperolehnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat pelepah pisang memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Tingkat kepadatan pelepah pisang yang sudah dikeringkan akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan pisang yang sudah dikeringkan, memilki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini bisa menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Jenis pisang yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang raja susu yang dinilai lebih murah dan lebih banyak terdapat disekitar lingkungan rumah. Kata Kunci dinding kedap suara, material, nilai reduksi bunyi, pelepah pisang raja susu PENDAHULUAN Menggali potensi lokal dengan peman-faatan limbah alami Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti memilki nilai kebaikan. Kekayaan alam yang melimpah di alam semesta ini merupakan salah satu bukti kebesaran Nya. Kekayaan alam dengan berbagai macam bentuk dan warna tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita telah membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah. Hal ini dijelaskan dalam Alquran surat Asy Syu'araa' ayat 7 Artinya “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik“. Beberapa jenis tumbuhan/tanaman yang ada di negara Indonesia memiliki nilai kemanfaatan yang besar. Salah satu diantaranya adalah pohon pisang. Tanaman ini mudah didapatkan, memiliki beberapa manfaat, dan harga relatif murah. Pohon pisang sering dijumpai di lingkungan sekitar Sinektika 2013 kita. Pohon pisang sering dijumpai di setiap pekarangan rumah, di pinggir jalan serta di sawah-sawah di pedesaan. Pohon pisang di Indonesia menjadi salah satu komoditas yang dapat dimanfaatkan. Pisang dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat. Pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu dan harga yang sangat bervariasi satu sama lain. Indonesia memiliki lebih dari 230 jenis pisang. Dari beberapa jenis pisang di Indonesia hanya beberapa jenis pisang yang dijual di pasaran, dikonsumsi oleh masyarakat dan mudah untuk mendapatkannya, diantaranya adalah Pisang Barangan, Raja, Raja Sereh Raja Susu, Raja Uli, Raja Jambe, Raja Molo, Raja Kul, Raja Tahun, Raja Bulu, Kepok, Tanduk, Mas, Ambon Lumut, Ambon Kuning, Nangka, Kapas, Kidang, Lampung, dan pisang Tongkat Langit. Pohon pisang memiliki banyak keistimewaan dibanding jenis tanaman yang lain. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa pelepah pisang Kepok bisa menjadi alternatif bahan dinding kedap suara. Pisang Raja Susu dipilih karena jumlahnya melimpah dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pisang kepok. Pelepah pisang Raja Susu juga memiliki karakteristik hampir sama dengan pisang kepok. Dinding kedap suara untuk mengatasi masalah akustik dalam ruangan Akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi dan semua yang berkaitan dengan bunyi serta cara penanggulangan cacat akustik. Hal-hal yang dipelajari dalam akustik meliputi sifat-sifat bunyi, usaha mendapatkan bunyi yang enak untuk di dengar dalam sebuah ruangan, isolasi bunyi, persyaratan akustik dan sebagainya. Bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa terdengar oleh telinga normal manusia. Getaran tersebut ada pada frekuensi 20-20000 Hertz. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra infra sound, sedang di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra ultra sound. Suara voice adalah bunyi manusia. Bunyi udara airborne sound adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur structural sound adalah bunyi yang merambat melalui struktur untuk mengukur besarnya bunyi atau tekanan suara yang keluar dari sumbernya adalah sound level meter. Satuan bunyi adalah sound level meter. Akustik ruang lebih membahas tentang kualitas bunyi dalam ruang dan pengaturannya, pengendalian cacat akustik, bising. Kebisingan/noise adalah bunyi yang mengganggu dan tidak diinginkan, berasal dari suara manusia, lalu-lintas kendaraan, mesin/peralatan, refleksi suara speaker. Bunyi akan terdengar dari sumbernya apabila kenyaringannya melebihi background noise minimal 6 dB sampai 10 dB. Batas minimal perubahan kenyaringan bunyi yang masih dapat didengar dalam kondisi normal adalah 3 dB. Reduksi bising alamiah dapat terjadi karena aspek suhu udara °C, kelembaban udara %RH. Semakin tinggi suhu, kelembapan rendah dan intensitas bunyi naik Satwiko, 2004. Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai berikut 1. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja menyebutkan bah-wa kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. 2. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan XI/1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan bahwa kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan. Apabila akan membangun sebuah ruangan yang digunakan untuk aktifitas yang berkaitan dengan suara, misalnya home theater dan studio ataupun ruang rapat/konferensi dan ruang konser, ada 2 hal yang harus diperhatikan, yang pertama adalah bagaimana membuat ruangan terisolasi secara akustik dari lingkungan sekitarnya atau sering disebut sebagai insulasi membuat ruangan kedap suara atau soundproof. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengkondisikan ruangan agar berkinerja sesuai dengan fungsinya atau sering disebut sebagai pengendalian medan akustik ruangan. Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara Penerapan dinding kedap suara Dinding kedap suara terdiri dari beberapa jenis komposisi material. Bahan yang biasa digunakan adalah karpet dan glaswool. Dinding bata atau beton, dilapisi karpet atau glasswool, yang diletakkan diantara dinding bata dan kayu. Gambar 1. Contoh dinding kedap suara dengan bahan glaswool Sumber Mediastika, 2002 Akustik dalam Ruangan Bunyi akan mudah terbentur pembatas ruang di tempat tertutup. Pada ruangan tersebut akan terjadi peristiwa refleksi, absorbsi, transmisi, difraksi, difusi ,tergantung karakteristik elemen pembatas ruang jenis material, luas, bentuk. Bunyi terdengar merupakan kombinasi bunyi asli dan bunyi pantul. Penekanan pada cara mengatasi kebisingan yang muncul di dalam ruang serta meningkatkan kualitas bunyi , hal ini bertujuan agar tidak terjadi cacat akustik. Gambar 2. Gambar Perilaku Bunyi Sumber Mediastika, 2005 Sinektika 2013 Reduksi Bunyi Reduksi bunyi dapat terjadi tergantung jenis material penyerapannya,. Material yang memiliki nilai penyerapan lebih tinggi dari pada nilai pantulnya. Nilai penyerapan bunyi dari seluruh elemen ruang yang dinaikkan 2x lipat dari nilai semula, maka akan menurunkan kebisingan dari proses pantulan sebesar 3 dB. Nilai reduksi bunyi setelah ada pergantian material dirumuskan sebagai berikut NR =10 log 𝑎2𝑎1 … 1 dengan NR = Noise Reduction dB a2 = total reduksi setelah re-design a1 = total reduksi sebelum re-design NR merupakan reduksi dari bunyi hasil pemantulan yang tidak dikehendaki dengan penggantian elemen bidang batas, dengan intensitas sumber bunyi adalah tetap. Bagian elemen ruang yang harus mendapat perhatian agar NR efektif adalah bagian plafon, karena bagian ini merupakan bidang yang bebas dari kemungkinan tertutup objek lain, sehingga sangat potensial memantulkan bunyi. Koefisien Penyerapan/Absorbsi α Koefisien penyerapan adalah jum-lah/proporsi dari keseluruhan energi yang datang yang mampu diserap oleh material. Nilai koefisien penyerapan 1 mengandung arti bahwa permukaan menyerap absorbsi dengan sempurna, nilai penyerapan 0 berarti permukaan memantulkan refleksi dengan memiliki koefisien serap 0,007 dan dihitung dalam frekwensi 2000 1. Material dan Koefisien Serap KOEFISIEN SERAP PADA 500 Hz Sumber SK 405/MenKes RI/SK/XI/2002 Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara Pelepah Pisang sebagai Alternatif Bahan Dinding Kedap Suara Serat yang diperoleh dari pelepah pisang merupakan serat yang cukup kuat sehingga cocok dijadikan bahan kain textil. Serat ini juga cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas karena memiliki memiliki kekuatan dan daya simpan yang tinggi Suyanti dkk, 2008 hal 30. Karakteristik dari serat pada pelepah pisang yang bisa digunakan sebagai pengganti bahan pembuat kain dan juga berdaya simpan tinggi, sehingga serat pisang memenuhi syarat sebagai bahan akustik untuk penyerapan bunyi. Serat pelepah pisang juga memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Apalagi setelah pelepah pisang dikeringkan untuk mengurangi kandungan air pada pelepah pisang tersebut, maka kepadatannya akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan meredamnya. Pelepah pisang yang sudah dikeringkan, memilki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini sebenarnya bisa juga menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji beberapa alternatif bahan dinding kedap suara yang memiliki karakteristik hampir sama dengan pelepah pisang yang dikeringkan, sebagai contoh diantaranya adalah sabut kelapa, sekam padi dan limbah gergaji kayu. Gambar 3. Morfologi tanaman pisang Sumber Elemen penyerap bunyi yang berpori mempunyai karakteristik penyerapan lebih efisien. Selain itu, ketebalan dan jarak lapisan dinding juga menentukan optimalisasi tingkat peredaman terhadap bunyi. Bahan berpori ini antara lain serat mineral, serat-serat karang rock wool, serat-serat gelas glass wool, serat-serat kayu, karpet, kain dan sebagainya. Hampir seluruh bagian tanaman pisang memiliki nilai kemanfaatan. Tingginya permintaan pasar akan hasil olahan buah pisang menimbulkan masalah yaitu limbah, seperti kulit pisang, bunga jantung pisang, pelepah batang dan bonggol akar. Akan tetapi limbah tersebut masing-masing memiliki nilai guna. Semakin berkembangnya ilmu pengeta-huan maka limbah–limbah tersebut bisa di diolah kembali, sehingga menghasilkan produk-produk baru yang memiliki nilai ekonomis dan nilai guna yang lebih tinggi. Pelepah pisang bisa diolah sehingga menghasilkan produk alternatif bahan dinding kedap suara. Gambar 4. Batang pisang Sumber Suharyani, 2012 Gambar 5. Pelepah pisang yang akan dikeringkan Sumber Suharyani, 2012 Gambar 6. Pelepah pisangyang akan dikeringkan Sumber Suharyani, 2012 Sinektika 2013 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah dengan studi komparasi dengan penelitian-penelitian terdahulu. Metode Eksperimental juga digunakan untuk menguji kemampuan penyerapan bunyi yang dihasilkan dari bahan pelepah pisang dengan berbagai bentuk anyaman yang berbeda dan memilki kemampuan paling optimum dalam meredam bunyi. Metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai reduksi bunyi yang dihasilkan diantaranya adalah membuat beberapa jenis anyaman dari pelepah pisang yang sudah dikeringkan. Pelepah pisang yang sudah dipilih dikeringkan, kemudian dibuat anyaman. Anyaman tersebut kemudian diberi pelapis finishing triplek, agar bisa digunakan sebagai partisi dinding. Pengujian material ini dilakukan di laboratorium akustik, yaitu dengan membawa bahan uji untuk diujikan di laboratorium. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai reduksi bunyi yang dihasilkan dari pelepah pisang sebagai dinding kedap suara merupakan salah satu masalah yang dibahas pada penelitian ini. Pengukuran waktu dengung dilakukan sebelum uji material. Pengukuran tingkat reverberation dalam sebuah ruangan dilakukan dengan menggunakan waktu dengung reverberation time. Waktu dengung dibutuhkan oleh suatu sumber bunyi yang dihentikan seketika untuk turun intensitasnya sebanyak 60 dB dari intensitas awal Mediastika, 2005. Ruangan pengujian akustik yang digunakan berukuran 3,6 X 3,6X2,4 m dengan hitungan waktu dengung t sebesar 0,26 detik. Memiliki data sebagai berikut kapasitas 2 orang dengan koefisien serap 0,46, di mana volume ruang 3,6 X 3,6 X 2,4 = 31,104m³, dinding dilapisi glaswool koefisien serap 0,30 luas 4 X 3,6 X 2,4 = 34,56 m² , luas lantai dan plafon masing–masing 3,6 X 3,6 = 12,96 m² dan dilapisi glaswool dengan koefisien serap 0,30. Meja kayu 1 X 0,6 dengan koefisien serap 0,10, kursi plastik 1 buah dengan koefisien serap 0,01, dinding panel akustik dengan bahan pelepah pisang yang akan diujikan seluas 1 X 0,45 m². Rumus waktu dengung reverberation timepada saat ruangan kosong atau belum dipasang panel akustik yang akan diujikan, dihitung dengan rumus sebagai berikut 𝑡 = 0,16 . V . A .α … 2 t = waktu dengung detik V = volume ruang m³ A = luas permukaan bidang penyerapan α = koefisien atau tingkat penyerapan suatu permukaan bidang Perhitungan ini akan digunakan pada penelitian lanjutan dengan mencari waktu dengung t pada ruangan uji akustik dan perubahannya setelah dipasang material dinding kedap suara dngan bahan limbah pelepah pisang. KESIMPULAN Pemilihan material akustik menjadi penentu kualitas suara di dalam ruangan. Beberapa fungsi suatu bangunan memiliki persyaratan tingkat intensitas bunyi yang distandarkan. Bahan material yang diproduksi oleh pabrik dan sering dijumpai adalah glaswool, karpet, sterofoom, Beberapa penelitian terdahulu telah mengujikan beberapa alternatif bahan dinding kedap suara dengan memanfaatkan potensi lokal, diantaranya adalah dengan menggunakan bahan dasar sekam padi, sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu. Pada penelitian ini limbah pelepah pisang menjadi pilihan untuk bahan dasar dinding kedap suara. Selain harganya murah, bahan ini sering dijumpai dan mudah untuk memperolehnya. Serat pelepah pisang juga memenuhi persyaratan penting dari karakteristik dasar bahan akustik yaitu, bahan berpori yang memiliki jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Tingkat kepadatan pelepah pisang yang sudah dikeringkan akan semakin membuat pelepah pisang menjadi bahan yang dapat menyerap bunyi dengan cukup baik dan akan meredamnya. Pelepah pisang yang sudah dikeringkan, memiliki tekstur yang berserabut dan berpori. Hal ini bisa menjadi alternatif bahan dasar material dinding kedap suara. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan pengujian lebih lanjut lagi tentang nilai reduksi yang dihasilkan dari dinding kedap suara dari bahan pelepah pisang. Metode yang digunakan dalam membuat material dinding Suharyani., Dhani Mutiari., Limbah pelepah pisang raja susu sebagai alternatif bahan dinding kedap suara kedap suara dari bahan pelepah pisang juga perlu dikaji lebih dalam untuk mengetahui hubungan pola anyaman kaitannya dengan kemampuan nilai reduksi bunyi dan hubungannya dengan nilai estetika dari bentuk tampilan material yang akan dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Khuriati, Aini, dkk, 2006, Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya, Berkala Fisika ISSN 1410 - 9662, Januari 2006, 15-25 Mediastika, 2005, Akustika Bangunan, Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia, Edisi I, Erlangga, Jakarta Mediastika, 2009, Material Akustik, Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan, Edisi I, Andi, Yogyakarta M. Bagus, 2009, Pemanfaatan Komposit Serat Batang PisangUntuk Aplikasi Panel Dinding Kendaraan Umum Kedap Suara Dan Memiliki Sifat Mekanik Yang Kuat, 5 Oktober 2011, Satwiko, Prasasto, 2004, Fisika Bangunan Edisi 1,ANDI, Yogyakarta Satwiko, Prasasto, 2004, Fisika Bangunan Edisi 2,ANDI, Yogyakarta ... Secara umum akustik dapat dilihat sebagai gelombang yang dihasilkan benda bergetar yang merambat melalui medium seperti udara Everest & Pollman, 2009. Akustik mempunyai tujuan untuk mencapai kondisi pendengaran suara yang sempurna yaitu murni, merata, jelas dan tidak berdengung sehingga sama seperti aslinya, bebas dari cacat dan kebisingan Suharyani & Dani, 2013. ...... Pisang musa paradisiaca adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Gambar 1. Batang Pisang Suharyani, 2012 Tanaman pisang Musa paradisiaca dapat dimanfaatkan mulai dari batang pisang bagian bawah bongkol, tengah dan bagian atas termasuk daunnya. Menurut Santi 2012 total produksi batang pisang dalam berat segar minimum mencapai 100 kali lipat dari produksi buah pisangnya sedangkan total produksi daun pisang dapat mencapai 30 kali lipat dari produksi buah pisang. ...Ancas TamiLimbah batang pisang merupakan salah satu biomassa terbesar di Indonesia yang memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi yaitu selulosa 59%, lignin 10%, dan hemiselulosa 18%. Delignifikasi merupakan proses pemisahan ikatan selulosa dengan lignin dan hemiselulosa. Pada penelitian ini dilakukan proses delignifikasi limbah batang pisang dengan metode organosolv dimana pelarut yang dipakai ialah asam formiat dengan konsentrasi 60%, 70%, 80% - berat dan katalis H2O2 5%-berat pada suhu 1000C selama 120, 150, dan 180 menit. Kemudian dilakukan analisis kadar lignoselulosa dan dikarakterisasi dengan uji FTIR dan SEM. Dari hasil analisis setelah proses delignifikasi, pelarut asam formiat dapat memisahkan ikatan lignoselulosa, didapatkan yield selulosa terbaik dengan menggunakan pelarut asam formiat 70% dengan waktu 180 menit didapatkan kadar selulosa sebanyak 59,55%.
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL NARADA ISSN 2477-5134 Volume 7 edisi 2 September 2020 DOI NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK - UMB 205 PROSES PRODUKSI PEMANFATAAN LIMBAH PELEPAH BATANG POHON PISANG UNTUK AKSESORIS KEPALA DI DAERAH KAUJON BANTEN Oleh Hidayat Sirruhu1 Televisi Republik Indonesia Vania Aqmarani Sulaiman2 Program Studi Desain Produk, Fakultas Desain dan Seni Kreatif Universitas Mercu Buana hidayatsirruhu ; ABSTRAK Limbah pelepah batang pohon pisang dianggap sebagai bahan yang terbuang ketimbang dimanfaatkan sebagai bahan material yang bernilai ekonomis yang tinggi. padahal limbah pelepah batang pohon pisang ini merupakan bahan yang mudah ditemui di masyarakat atau desa -desa, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan limbah pelepah pisang ini sebagai material aksesoris kepala. Penelitian ini bertujuan mencoba mencari nilai lebih dari limbah pelepah batang pohon pisang untuk dijadikan suatu aksesoris kepala, dengan memanfaatkan limbah pelepah batang pohon pisang sebagai bahan materialnya, aksesoris kepala yang akan dibuat adalah bros patch, head piece, bandana, dan topi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui proses produksi pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang untuk aksesoris kepala tersebut. Metode yang digunakan adalah metode observasi ke pengrajin pelepah batang pohon pisang untuk mengetahui proses produksi dari awal hingga menjadi produk, proses produksi ini menggunakan teknik menganyam. Produk yang akan dihasilkan dalam proses produksi limbah pelepah batang pohon pisang ini berupa aksesoris kepala yaitu bros patch, head piece, bandana, dan topi. Hasil penelitian proses produksi limbah pelepah batang pohon pisang ini dapat mengurangi pembuangan dan dapat menjadi sumber daya terbarukan menjadi pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang. Produk yang dihasilkan dapat menjadi produk aksesoris kepala serta meningkatkan nilai ekonomi dan estetika serta fungsi dari limbah tersebut. Kata kunci aksesoris, batang, pemanfaatan, pohon, pisang, produksi ABSTRACT Banana tree trunk waste is considered as wasted material rather than being used as a material with high economic value. whereas the banana tree trunk waste is a material that is easily found in the community or villages, so it does not rule out the possibility of utilizing this banana trunk waste as head material. This study aims to try to find more value from banana tree trunk waste to be used as a head accessory, by utilizing banana tree trunk waste as material, the head accessories that will be made are brooch patches, headpieces, bandanas, and hats. The study was conducted to determine the production process of the utilization of banana tree trunk waste for the head accessories. The method used is the method of observation to the banana tree stem midrib to find out the production process from the beginning to become a product, this production process uses weaving technique. The product that will be produced in the process of producing banana tree trunk waste is in the form of head accessories, namely brooch patch, headpiece, bandana, and hat. The results of research on the production process of banana tree trunk waste can reduce waste and can become a renewable Volume 7 Edisi 2, 2020206 resource into the utilization of banana tree trunk waste. The resulting product can be ahead of the accessory product and increase the economic and aesthetic value and function of the waste. Keywords Accessories, banana, stem, tree, utilization, waste Copyright © 2020 Universitas Mercu Buana. All right reserved Revised 3rd August, 2020 Accepted 3rd August, 2020 A. PENDAHULUAN Latar Belakang Aksesoris, adalah benda pelengkap yang dikenakan seseorang untuk menambah keindahan dan keselarasan penampilan bagi si pemakai. Dalam dunia busana, aksesoris amatlah penting dan sudah diterapkan dalam dunia busana sejak lama. Bentuk aksesori bermacam-macam dan banyak diantaranya terkait dengan peran gender pemakainya. Aksesori dalam bahasa Indonesia hampir selali berarti fashion aksesoris dalam penggunaan dalam bahasa inggris. Aksesoris yang ingin buat adalah aksesoris bagian kepala topi, bros patch, heandpiece, bandana. Selama ini pelepah batang pisang dianggap sebagai bahan yang terbuang ketimbang dimanfaatkan sebagai bahan material yang bernilai ekonomis yang tinggi Nurudin et al, 2018. padahal limbah pelepah batang pisang ini merupakan bahan yang mudah ditemui di masyarakat, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan limbah pelepah pisang ini sebagai material aksesoris kepala. Selain mudah dan murah, pelepah batang pisang ini juga ringan dan ramah lingkungan. Pelepah ini bertekstur unik Sri et al, 2013 yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai material aksesoris kepala. Untuk memanfaatkan limbah pelepah batang pisang ini dipilih pada bagian lapisan kedua dari luar dan seterusnya. Hal ini disebabkan karena pelepah batang pisang yang terluar sudah dianggap rusak’ dan “cacat”. Dalam artian jika pelepah yang terluar digunakan, maka hasilnya tidak akan maksimal Mandegani et al, 2016. Aksesoris dikenal sebagai benda pelengkap yang dikenakan oleh seseorang sebagai cara agar dapat menambah keindahan dan keselarasan penampilannya Wisesa, 2015. Dalam konteks busana, aksesoris sudah diterapkan dalam dunia busana sejak lama. Oleh karena itu, bentuk aksesori memiliki banyak keragaman. Diantaranya terkait dengan peran gender pemakainya Marcelina, 2011. Pemanfaatan pelepah pisang menjadi aksesoris hadir setelah memperhatikan bahwa keterampilan yang akan dikembangkan memiliki bahan baku yang sangat mudah diperoleh. Dikarenakan adanya bahan, peralatan dan penerapan teknologi yang sederhana, produk yang akan JURNAL NARADA ISSN 2477-5134 Volume 7 edisi 2 September 2020 DOI NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK - UMB 207 dihasilkan memiliki nilai jual tinggi dengan harga yang cukup terjangkau Soedarwanto, 2018. Oleh karena itu, pemanfaatan pelepah pisang ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari pemanfaatan pelepah pisang tersebut Wisesa, 2015. Permasalahan Istilah pemanfaatan adalah proses atau cara melakukan suatu perbuatan untuk memanfaatkan. Jadi pemanfaatan adalah merupakan suatu perbuatan untuk memanfaatkan agar sesuatu ada gunanya atau menjadi lebih berguna Moeliono, 1990555. Bahan adalah barang yang dibuat menjadi satu benda tertentu selain itu dapat juga diartikan sebagai barang yang akan dibuat menjadi barang yang lain, sesuatu yang dapat dipakai atau diperlukan Haryanta, 2017. Sehingga pada penelitian ini masalah yang dirumuskan adalah - Bagaimana pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang menjadi lebih berguna sebagai bahan kerajinan khususnya produk aksesoris B. TINJAUAN PUSTAKA Dalam menyelesaikan persoalan, maka di perlukan dasar masalah sebagai penuntun menyelesaikan. Dasar yang digunakan biasanya merujuk pada teori dan penelitian yang sudah ada. Pada penjelasan kali ini penulis menjabarkan tentang beberapa hal yang berkenaan dengan pemanfataan limbah pelepah pisang dijadikan aksesoris. Pemanfaatan merupakan suatu metode alternatif untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari keadaan sebelumnya Purwanto, 2007 8. Selain itu, pemanfaatan dikenal sebagai guna atau faedah, sehingga menjadikan artinya sebagai suatu menjadi ada manfaatnya dan ada gunanya atau menjadi lebih berguna. Limbah adalah suatu bahan hasil dari proses produksi yang sudah tidak terpakai. Terlepas dari baik itu hasil dari industri besar, menengah atau kecil Wahyuni, 2011 15. Hal ini dikarenakan setiap tempat masyarakat tinggal, maka di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah padat lebih dikenal juga sebagai sampah, yang seringkali kehadirannya tidak diinginkan. Hak ini dikarenakan limbah padat dianggap tidak memiliki sebuah nilai ekonomis. Dengan kehadiran limbah yang dianggap dapat memberikan berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia yang dapat berdampak buruk Marliani, 2015. Jika limbah yang dijumpai sangatlah buruk, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Pengertian limbah juga dapat diartikan sebagai sisa atau hasil sampingan dari kegiatan program manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Volume 7 Edisi 2, 2020208 Pisang Pelepah pisang, dikenal sebagai salah satu bagian dari batang mulai dari akar sampai ke pangkal daun dan diketahui memiliki struktur yang berlapis, Dan setiap pelepah menerus ke atas menjadi batang daun. Lapisan ini bertumpuk dan berdiameter sampai dengan 30 cm di bagian bawah dan mengecil di bagian atas 15-20 cm Nopriantina, 2013. Pisang Batang pisang diketahui bahwa bukan termasuk “batang sejati” tapi merupakan “batang semu” yang merupakan proses hasil bentukan. pelepah daun panjang yang saling menelungkup dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu berkisar 3,5 - 7,5meter tergantung jenisnya Kuswanto, 2003 5. Batang pisang sebagian besar terdiri dari berbagai lapisan pelepah pisang yang membentuk dirinya menjadi batang pisang”. Satuhu & Supriyadi, 19938-11. Batang pisang dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai aktifitasnya. Seperti untuk membuat lubang pada bangunan, alas untuk memandikan mayat, untuk menutup saluran, mengalirkan atau membagi air dipersawahan, untuk tancapan wayang, untuk membungkus bibit-bibitan, untuk tali industri pengolahan tembakau Bahri, 2017 dengan proses pengeringan terlebih dahulu, dan baik pula untuk dibuat kompos. Tidak jarang, air dari batang pisang dapat dimanfaatkan untuk penawar racun dan untuk pengobatan tradisional Satuhu & Supriyadi, 19936. C. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah tata cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi terhadap data yang didapatkan Widiyono, 2013 57. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif, yang artinya penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis makna dan proses yang lebih difokuskan dalam observasi Gunawan. 2013 10. Teori dimanfaatkan sebagai panduan agar fokus penelitian sesuai fakta lapangan. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat sebagai gambaran umum tentang tentang penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata. Oleh karena itu, data yang digunakan bukan berupa bilangan, angka, skor atau nilai; peringkat atau frekuensi; yang biasanya dianalisis dengan JURNAL NARADA ISSN 2477-5134 Volume 7 edisi 2 September 2020 DOI NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK - UMB 209 menggunakan perhitungan matematik atau statistik Creswell, 20094. Dalam penelitian kualitatif, informasi yang disampaikan oleh berbagai narasumber menjadi sesuatu yang berharga, sehingga peneliti memiliki tanggung jawab atas informasi yang diperoleh dari narasumber untuk menggunakan sebaik-baiknya. Penulis melakukan penelitian ini dengan metode a. Wawancara Target pertama wawancara penulis yaitu pengrajin pelepah pisang dari kota serang banten. Sesi wawancara terhadap pengrajin pelepah pisang, pelepah pisang apa saja yang sering digunakan untuk membuat kerajinan Gunawan, 2013 56. Untuk mengetahui kajian berdasarkan opini pengrajin pelepah pisang. b. Observasi Observasi diketahui merupakan aktivitas terhadap suatu proses atau objek. Dengan maksud untuk merasakan dan memahami pengetahuan sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian Hasanah, 2017. D. HASIL DAN PEMBAHSAN Hasil Hasil dari observasi pemanfaatan limbah pelepah batang pisang untuk dijadikan aksesoris kepala terdiri dari beberapa tahap yaitu. Gambar 1 Narasumber wawancara dan observasi metode bekerjanya Nama Abdul Hakim Alamat Kaujon Buah Gede Kecamatan Kaujon Serang, Banten Proses pengerjaanya a. Alat-alat yang digunakan Gambar 2 Peralatan yang digunakan - gergaji yang tidak tajam - pisau yang tidak tajam - lem tembak b. Proses pencarian dan proses penebangan Mencari pohon pisang yang sudah tidak produktif. lalu gergaji/tebang pohon pisang dengan kemiringan 350-400 agar pohon tumbang ketempat yang diingikan dan agar tidak terlalu kencang terbanting ketanah, Karena jika terbanting kencang ketanah lapisan pertama sampai ke tiga tidak bisa terpakai. Volume 7 Edisi 2, 2020210 Gambar 3 Proses pemilihan batang pohon pisang - setelah di tebang kita potong lagi sesuai ukuran 1m-1,5m c. Cara pemisahan pelepah batang pisang Pemisahan pelepah batang pisang dilakukan secara satu persatu sampai ke bagian yang paling dalam. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pembusukan karena pelepah pisang sangat bnyak mengandung air, kedua supaya cepat proses pengeringanya. Gambar 4 Proses pemisahan pelepah pisang Yang selanjutnya proses memisahkan pelepah bagian luar dan bagian dalam. d. Proses penjemuran Proses penjemuran di sini masih memanfaatkan sinar matahari. Oleh karna itu penjemur memakan waktu hingga kering kurang lebih 3-4 hari tergantung cuaca. Gambar 5 Penjemuran pelepah pisang JURNAL NARADA ISSN 2477-5134 Volume 7 edisi 2 September 2020 DOI NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK - UMB 211 Apabila cuaca mendung memerluka pengeringan paling lama 7 hari sampai 9 hari untuk cuaca mencung. e. Pembuatan pola dan penganyaman Setelah didapatkan pelepah batang pisang yang kering, kita buat pola kerajianan yang mau dibuat. Pola ini untuk mempermudah pembuatan sebuah produk. Karena dapat dijadikan acuan untuk mengikuti pola yang sudah ada. Gambar 6 Penganyaman pelepah pisang Sumber Anyam pelepah yang sudah dibuatseperti tali, sesuaikan dengan bentuk polanya yang tadi sudah di buat. f. Proses finishing dan produk akhir Produk yang sudah jadi difinising menggunakan propan dan menggunakan sedikit tambahan bahan agar tidak gatal pada saat digunakan. Gambar 7 Kerajinan pelepah pisang Sumber Dari hasil yang dilakukan, Terdapat metode dalam pemanfaatan pelepah pisang menggunakan metode standar oyang dilakukan oleh pengrajin. Hal ini dapat dilihat dari adanya metode untuk menebang pelepah batang pohon pisang yang akan dijadikan aksesoris kepala. Karena jika dilakukan dengan sembaranggan menebang maka pelepah pisang tidak dapat digunakan karena jika pelepah batang pisang terjatuh terlalu keras, maka pelepah bagian luar sampai lapisan ke empat akan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Selain itu, etelah pelepah pisang sudah di tebang maka pemisahan lapisan pelepah batang pisang harus dilakukan di hari yang sama, apabila dipisakan lapisan keesokan harinya pelepah batang pisang akan menjadi busuk. Selain itu, pihak pengrajin memiliki keahlian lain seperti menganyam dan mengetahui proses finishing agar produk dari pemanfaatan limbah pelepah pisang dapat menjadi produk. Volume 7 Edisi 2, 2020212 Pembahasan a. Manfaat pelepah batang pohon pisang Pelepah Pisang atau disebut dengan “gebok” di daerah tempat lokasi observasi, memiliki manfaat yang tidak sedikit. Dari hasil observasi, pemanfaatannya, terbagi menjadi dua yaitu pemanfaatan secara tradisional yang tidak jarang dijumpai di dunia pewayangan sebagai media untuk menancapkan wayang saat pertunjukan dan pemanfaatan secara modern sebagai property, atau alat untuk membuat sebuah lukisan. Setelah dimanfaatkan kembali melalui metode tradisional dan modern tersebut, pelepah pisang tidak dapat difungsikan kembali. b. Kelebihan dari produk ini adalah - Tahan terhadap air - Memiliki desain yang unik dan modern - Digunakan sesuai ukuran kepala - Memiliki warna yang beragam natural, merah muda, coklat gelap - Menggunakan pewarna alami c. Kekurangan dari produk ini adalah - Tidak tahan terhadap matahari. Karena matahari dapat merusak lapisan anti air. untuk jangka panjang - Produk ini tidak tahan lama. Karena produk ini menggunakan pelepah pisang jadi tidak kaya produk lainnya yang tahan lama. - Peroses Pengerjaanya terlalu lama memakan waktu hingga 1 minggu 30 pcs - Mudah berjamur E. KESIMPULAN Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari dan perkaitan dengan penelitian proses produksi pemanfaatan limbah pelepah batang pohon pisang untuk aksesoris kepala. Kesimpulan ini didasarkan dari pengalaman selama proses penulisan laporan riset desain. 1. Kerajinan yang diproduksi berupa aksesoris kepala seperti bros patch, headpiece, bandana, dan topi. Berbahan dasar limbah pelepah batang pohon pisang. Produk yang dihasilkan adalah produk kreatif, ekonomi, dan ramah lingkungan. 2. Bahan baku utama produk aksesoris kepala berupa pelepah batang pohon pisang yang sudah tidah produktif. Pemanfaatan bahan tersebut selain mudah didapat, murah, dan ramah lingkungan. 3. Proses produksi dan langkah pembuatan produk aksesoris kepala ini meliputi pemilihan pelepah batang pohon pisang, pemisahan pelepah batang pohon pisang, pisahkan pelepah bagian luar dan bagian dalam, proses penjemuran, proses pembuatan pola, proses penganyaman, proses penyelesaian, produk siap di pasarkan JURNAL NARADA ISSN 2477-5134 Volume 7 edisi 2 September 2020 DOI NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK - UMB 213 Saran Pemanfaatan pelepah pisang dapat dikembangkan menjadi berbagai macam bentuk dan opsi produk. Sehingga masih terbuka luas pemanfaatannya, karena berdasarkan produk yang ada, terbuka kesempatan untuk dapat mengembangkan produk lain dengan memanfaatkan limbah pelepah pisang sebagai material utamanya. F. DAFTAR PUSTAKA Buku Creswell, J. W. 2009. Research design Qualitative and mixed methods approaches. London Sage Publications. Gunawan, I. 2013. Metode penelitian kualitatif Jakarta Bumi Aksara. Kuswanto. 2003. Bertanam Pisang dan Memeliharanya. Solo Penerbit Deriko Moeliono, A, M. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta PT Balai Pustaka. Purwanto, A, W. 2007. Aglaonema, Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun. Yogyakarta Kanisius. Satuhu, S., & Supriyadi, A. 1993. Pisang Budidaya. Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta Penerbit Penebar Swadaya. Wahyuni, S, 2011. Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah Revisi. Yogyakarta AgroMedia. Widiyono, S, S. 2013. Metode Penelitian Sosial untuk peneitian skripsi dan tesis. Jakarta Penerbit Media. Jurnal Bahri, S. 2017. Pembuatan pulp dari batang pisang. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 42, 36-50. Haryanta, A., Rochman, A., & Setyaningsih, A. 2017. Perancangan Sistem Informasi Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Pada Home Industri. Jurnal SISFOTEK Global, Volume 71. Hasanah, H. 2017. Teknik-teknik observasi sebuah alternatif metode pengumpulan data kualitatif ilmu-ilmu sosial. At-Taqaddum, Volume 81, 21-46. Marcelina, R. 2011. Eksplorasi Kulit Sapi dan Ragam Hias Dayak dengan Teknik Laser Cutting dan Laser Engraving untuk Aksesoris Fashion. Craft, Volume 11. Marliani, N. Pemanfaatan limbah rumah tangga sampah anorganik sebagai bentuk implementasi dari pendidikan lingkungan hidup. 2015. Formatif Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, Volume 42. Mandegani, G. B., Sumarto, H., & Perdana, A. Kertas Seni Berbahan Limbah Pewarna Alam Rumput Laut Jenis Sargassum, Ulva Dan Pelepah Pisang Abaka. 2016. Dinamika Kerajinan dan Batik, Volume 331, 33-44. Nopriantina, N. Pengaruh Ketebalan Serat Pelapah Pisang Kepok Musa Paradisiaca Terhadap Sifat Mekanik Material Komposit Poliester-serat Alam. 2013. Jurnal Fisika Unand, Volume 23. Nuruddin, M., Santoso, R. A., & Hidayati, R. A. 2018. Desain Komposisi Bahan Komposit yang Optimal Berbahan Baku Utama Limbah Ampas Serat Tebu Baggase. In Prosiding Seminar Nasional Teknoka. Volume 3, M53-M58. Soedarwanto, H. Eksplorasi Motif Dan Rajutan Kain Boti NTT Untuk Diterapkan Pada Anyaman Rotan. 2018. NARADA Jurnal Desain dan Seni, Volume 53, 361-381 Sri, K., Lucky, H., & Sri, P. G. Pengaruh penambahan limbah pelepah pisang Volume 7 Edisi 2, 2020214 sebagai komponen daur ulang kertas. 2013. Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 5 Volume 1, 8-15. Wisesa, T. P. Pemanfaatan Limbah Kain Batik untuk Pengembangan Produk Aksesoris Fashion. 2015. Widyakala Journal Of Pembangunan Jaya University, Volume 21, 70-86. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this NuruddinRahmat Agus SantosoRoziana Ainul HidayatiBahan baku atau material komposit sebagai alternatif bahan baku non logam dipilih karena memiliki sifat ketahanan korosi yang lebih baik, karakteristik yang dapat dikontrol serta berat yang lebih ringan dan biaya produksi yang murah. Upaya yang dilakukan melalui inovasi desain bahan baku utama komposit yang memiliki keunggulan serta lebih aman dan ramah terhadap lingkungan. Salah satu jenis serat alam yang sangat potensial adalah ampas serat tebu baggase. Ampas serat tebu merupakan limbah dari proses pengolahan gula yang pemanfaatannya kecil, diperkirakan sebanyak 40 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk desain atau rancangan komposisi bahan baku atau material level optimal komposit dari limbah ampas serat tebu sebagai serat penguat utama material komposit dengan kombinasi alternatif bahan baku pendamping berupa serat batang/pelepah pisang dan serat/sabut kelapa sehingga dalam penelitian ini diistilahkan Tree in one of material komposit. Tahapan penelitian diawali dengan penerapan metode desain robust Taguchi dari indentifikasi variabel penelitian hingga pelaksanaan eksperimen dengan penentuan level faktor kualitas dan ortogonal array yang sesuai serta dengan replikasi 2 kali, Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah desain komposisi level optimal pada eksperimen ke-4 dimana komposisi bahan baku 70%, 10%, 20% Matrik + Filler dengan posisi struktur serat Searah, perekat yang sesuai memakai resin epoxy diperoleh rata–rata kekuatan bending sebesar 8,2404 MPa dan rata-rata kekuatan tarik sebesar 2,992748718 MPa, tentunya perlu dilakukan treatment spesifik untuk penelitian lanjutan yang lebih sempurna agar produksi komposit yang dihasilkan dapat ditingkatkan kualitasnya. Guring Briegel MandeganiHadi SumartoArif PerdanaABSTRAKKertas seni merupakan kerajinan tangan dengan bahan dasar berbagai macam tanaman berserat. Serat pisang abaka, serat jerami dan serat padi telah mampu diolah menjadi kertas seni secara mandiri tanpa bahan perekat tambahan. Selama ini industri kertas seni yang ada sebagian besar menggunakan bahan baku pelepah pisang raja, pisang abaka, jerami, serat padi dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan keanekaragaman bahan baku, di antaranya dengan memanfaatkan material dari rumput laut maupun limbah rumput laut limbah pewarna alam tekstil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter kertas seni yang terbuat dari limbah pewarna alam dari rumput laut Sargassum sp. dan Ulva serta kombinasinya dengan material serat pisang abaka. Bahan baku pelepah pisang abaka dan limbah rumput laut diolah dengan cara pencacahan dengan ukuran 2-3 cm, direbus dengan soda api selama 2 jam, kemudian disaring dan didinginkan. Bahan kemudian saling dikombinasi dan dijadikan pulp menggunakan mesin blender. Pulp kemudian dicetak dan dianalisis secara fisik. Limbah rumput laut jenis Sargassum sp. dan Ulva dalam keadaan murni 100% tidak dapat digunakan sebagai bahan pembuatan produk kertas seni, dikarenakan kandungan selulosa yang masih di bawah 40% sehingga kertas yang dihasilkan dari proses pencetakan bersifat rapuh, mudah sobek dan tidak rekat antara satu dengan yang lain. Sedangkan kertas dengan campuran serat pisang abaka, menghasilkan kualitas kertas seni dengan kekuatan fisik yang lebih baik daripada kertas seni murni dari rumput laut Sargassum sp. dan Ulva. Kata Kunci kertas seni, rumput laut, Sargassum sp., Ulva, pisang abaka ABSTRACTPaper art is a craft that uses a wide variety of fibrous plants. Abaca, straw and rice fibers can be processed into paper art independently without additional adhesive material. During this time, the existing art paper industries use many raw materials such as banana, abaca, etc., Therefore, it is necessary to conduct research and development in exploring new raw materials such as seaweed and waste of natural dyes from seaweed. The purpose of this study is to determine the character of art paper made from waste of natural dyes from Sargassum sp. and Ulva and its combination with abaca fiber. Abacá and waste materials from the seaweed are processed by being cut into 2-3 cm of length, boiled with caustic soda for 2 hours, then filtered and cooled. The materials are combined with each other and converted into pulp using a blender. The pulp is then printed and analyzed physically. Waste of seaweed Sargassum sp. and Ulva in a pure state 100% cannot be used as materials for art paper products because the content of cellulose is still below 40% so that the paper produced from the printing process are fragile, easily brittle and no adhesion between one another. Meanwhile, the paper art that uses abaca fibers produces paper art with better physical quality than paper art with 100% seaweed Sargassum sp. and Ulva. Keywords Paper art, seaweed, Sargassum sp., UlvaSyamsul BahriPenelitian ini dilakukan untuk menguji perolehan pulp dari batang pisang melalui proses soda. Bahan baku pulp terdiri atas selulosa, hemiselulosa, lignin dan ekstraktif. Pulp dapat dibuat dengan cara kimia, yaitu memasak bahan baku dengan menggunakan bahan kimia yang sesuai di dalam Reaktor. Batang pisang yang berukuran 1 cm sebanyak 10 gram dimasak dengan menvariasikan konsentrasi NaOH dan waktu pemasakan. Konsentrasi NaOH yang digunakan 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 % dengan waktu pemasakan 30; 60; 90; 120 dan 150 menit. Kondisi terbaik dari hasil penelitian diperoleh pulp %, kandungan selulosa %, dan kandungan lignin % pada waktu pemasakan 120 menit dan konsentrasi NaOH 2 %.Toufiq Panji WisesaSalah satu fenomena permasalahan lingkungan saat ini adalah menumpuknya limbah yang tidak dapat terurai oleh alam seperti limbah sampah yang berbahan dasar sintetis seperti plastik dan kain. Salah satu usaha menanggulangi permasalahan lingkungan ini adalah dengan menghadirkan produk eco-fashion, salah satunya penggunaan kembali sisa produksi kain batik sebagai material utama. Penelitian ini fokus pada eksperimen teknik pembuatan produk aksesoris fashion dengan memanfaatkan limbah kain batik yang tersedia pada industri kunci limbah kain batik, aksesoris fashion, eskperimenNovi Marlianip>This study aims to look at the form of the implementation of environmental education in the form of utilization of household waste inorganic. nvironmental education is a process arbitrarily person to conduct environmental stewardship for sustainable survival. The increasing volume of waste requiring serious treatment of the waste management. Waste management does not use methods and techniques that are environmentally friendly waste management than would be a negative impact on health will also be very disruptive both residential environmental preservation, forest, rice fields, rivers and oceans. One of the forms of waste is household waste in the form of garbage anorgnik. This litter is very dangerous for health and the environment because it is made from inorganic sources of non-renewable natural and contains no chemicals, but its existence is only glimpsed one eye. Utilization of inorganic waste is one that can be done by the whole society to preserve the environment. This research is a descriptive study and a review of the literature. This study hopes to sustainable environmental education is expected to contribute knowledge to all levels of society on the importance of inorganic waste. The purpose of this paper to describe observation techniques, as an alternative method of collecting qualitative data for social sciences. Observation is one of the scientific activity is empirical, factual, and besed on the real text. Observations carried out through the experience derived from sensing without using any manipulation. The purpose of observation is the description, in qualitative research, observation produces theories and hypotheses, in quantitative research, observation used for testing theories and hypotheses. To be able to approach the social phenomenon, an observer needs to have close access to the settings and the subject. Doing the observation techniques have to heed the ethical principles such as respect for human dignity, respect for privacy and confidentiality, respect for justice and inclusiveness, balancing harms and benefits. Method of observation, if positioned as a part of the methodological spectrum includes techniques and data collection strategies in proportion, it will produce a high validity and reliability, as the fundamental basis for all methods, to find strategic development policies. limbah pelepah pisang dapat banyak ditemui di daerah