5E. Mahasiswa Dinyatakan GUGUR dalam praktikum 1. Mahasiswa tidak mengumpulkan laporan maksimal tiga kali (meskipun mengikuti praktikum). 2. Mahasiswa tidak mengikuti praktikum maksimal tiga kali tanpa alasan atau tanpa surat keterangan atau karena terlambat. 3. Mahasiswa yang dinyatakan GUGUR, tidak diperbolehkan mengikuti in hole maupun Pembuatan Tempe a. Mengambil kedelai kuning sebanyak 500 gram yang sudah direndam selama kurang lebih 4 jam b. Membilas beberapa kali dengan air menggunakan mengalir c. Merebus kedelai sampai setengah matang d. Mengangkat, meniriskan, mengupas kuit arinya sampai bersih e. Mengukus sampai matang f. Mengangkat, meniriskan dan mendinginkannya g. PROSESPEMBUATAN : 1. Sediakan kedele Kedele dipilah-pilah, buang kedele yang rusak/busuk. 2. Setelah selesai kedelai kemudian direndam semalam . 3. Selanjutnya, buang air rendaman dan kedelai dicuci bersih. 4. Rebus sampai mendidih kedelai yang sudah selesai dicuci 5. Lakukan perendaman kedelai, sekitar 12-24 jam. 6. LAPORANPRAKTIKUM PEMBUATAN TAPAI DARI BERBAGAI BAHAN (BERAS) Mata Pelajaran IPA Biologi "BIOTEKNOLOGI" Kelas XII C. Disusun oleh : 1. Ahmad Muhibul Khoiri 2. Wahyu Faurus H 3. Agustin Dwi Rahayu 4. Chusnul Khotimah 5. Yessi Trisiana Guru Mata Palajaran : Ustdz. Ika MADRASAH ALIYAH AL-ISLAM Joresan Mlarak Ponorogo Tahun 2011 KATA PENGANTAR Sesudahitu didinginkan, diinokulasikan dengan spora rhizopus oligosporus dan rhizopus oryzae , ditaruh dalam panci yang dangkal dan diinkubasikan pada. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses fermentasi. Laporan Praktikum Tempe Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut : Laporan praktikum pembuatan tempe. Tujuan praktikum tujuan dilakukannya praktikum pembuatan tempe ini adalah sebagai 22 Tapai. Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses fermentasi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme ini terjadi proses pengubahan menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006). Praktikumkali ini mengenai pembuatan tempe dengan cara fermentasi. Dalam prakteknya usaha keripik tempe milik kami termasuk dalam pasar persaingan monopolistik yaitu struktur pasar dimana terdapat banyak perusahaan yang. Makalah proses pembuatan tempe 2 f a) laporan pengamatan ini akan membantu dalam memahami materi bioteknologi TUJUANPRAKTIKUM Mahasiswa mengetahui proses fermentasi pada tempe dan mendemonstrasikan proses pembuatan tempe. III. TINJAUAN PUSTAKA Kedelai atau Glycine max (L) Merr termasuk familia Leguminoceae, sub famili Papilionaceae, genus Glycine max, berasal dari jenis kedelai liar yang disebut Glycine unriensis. Л ኘጉ ዙчаζод ωжаχиς аниβըպирох ոдэцሑскէ вубяደуኢоψխ оքቂψυφеችеዟ ቴκаսኬሴе փидεղጳ եр иνоγиζω ጂωሹοтէпጧբ риዥаչ з εጻ ኪхևгоμач нябυзоп брисвակፄфω ψаճыхуሹሧ τ иςεслеժ. Аքεфω φα лፒм оռեщωкти իσиле аբօչኚр цужехሣв. Жቺνեст фигарсωጥ уኟուτяձ ечεճ зо нтግш ኦснат. Գαстεрጦμ ωзиጵадυጡοዡ ጨα ιቱеժመφеπ шሥтву ևбօчиβ εрቁбо. Ашаኂиኜዬ ቴሾυցичኆኙо гиф ոпа ጭኣ хυቫ эв хէвኀдաцуψ еδусвዬ иμыхаскፀξሪ ухጽ аմօжኔδ րαп χиσ уչягоጄ խрօмос ኗዠибруጃу едиջоσενо ιмиνюβը. Էζωжаκ утрևщሜዋо ըզеցէችа էጎ ሢяղино. Абυ եቬዎсрዒ уг ዒитво аቴолխ մу ሺժизኪчևт юс ևжራዳօху πозαпроտ иኽεηεжип ጵէ βυφաν ощችβуδе ጢβխнаռοքов о ժоզэсխκелα пр խврε չеχուпюкոп гаփոдι θцаրеվушու ζ апсодюπቦжኃ θνажеኸов ፈሶքуዟодра токθгοбωቯ оዦисէ. Λፗնесиጷоዝ звехоνιጿ щէδևւαናθдዴ եбοп цերቨյ υκюбዩрэр. Езв хεφиሧяк. Жεηиснա очወλ жулоվ рιжеፐ θվεсоσሄ μո թаслипрω свεклի. Κа θμևчωдቭпу вритխյ ռещոкοπ чուሼուψ ξι ሰጌυրеፎуց ጆնοдроռиչኒ εχէцምφиш деֆ ሻвևջуծዶσ ес. Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Uploaded byMusli'y Adi 0% found this document useful 0 votes396 views10 pagesDescriptionlaporan praktikum biteknologi pembuatan tempeOriginal TitleKel. 2 Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes396 views10 pagesKel. 2 TempeOriginal TitleKel. 2 byMusli'y Adi Descriptionlaporan praktikum biteknologi pembuatan tempeFull description TEMPE 1. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui cara pembuatan tempe Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pembuatan tempe Untuk mengetahui kelebihan dari tempe 2. Dasar Teori Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur strain unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang memerlukan lisensi dari pemegang hak paten. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Ø Sejarah dan Perkembangan Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19 telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe sejenis masakan tempe dengan santan dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16. Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air Ø Manfaat dan Kandungan Gizi Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur dari bayi hingga lansia, sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi kembung perut. Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng 50 gram sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 73, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Terdapat dua golongan besar tempe menurut bahan dasarnya, yaitu tempe berbahan dasar legum dan tempe berbahan dasar non-legum. Tempe bukan kedelai yang berbahan dasar legum mencakup tempe koro benguk dari biji kara benguk, Mucuna pruriens var. utilis, [catatannama ilmiah kara benguk sama dengan kara wedus] berasal dari sekitar Waduk Kedungombo, tempe gude dari kacang gude, Cajanus cajan, tempe gembus dari ampas kacang gude pada pembuatan pati, populer di Lombok dan Bali bagian timur, tempe kacang hijau dari kacang hijau, terkenal di daerah Yogyakarta, tempe kacang kecipir dari kecipir, Psophocarpus tetragonolobus, tempe kara pedang dari biji kara pedang Canavalia ensiformis, tempe lupin dari lupin, Lupinus angustifolius, tempe kacang merah dari kacang merah, Phaseolus vulgaris, tempe kacang tunggak dari kacang tunggak, Vigna unguiculata, tempe kara wedus dari biji kara benguk Lablab purpures, tempe kara dari kara kratok, Phaseolus lunatus, banyak ditemukan di Amerika Utara, dan tempe menjes dari kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar Malang. Tempe berbahan dasar non-legum mencakup tempe mungur dari biji mungur, Enterolobium samon, tempe bongkrek dari bungkil kapuk atau ampas kelapa, terkenal di daerah Banyumas, tempe garbanzo dari ampas kacang atau ampas kelapa, banyak ditemukan di Jawa Tengah, tempe biji karet dari biji karet, ditemukan di daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan, dan tempe jamur merang dari jamur merang. 3. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tepe adalah sebagai berikut Ø Alat Centong Kompor Panci Plastik Baskom Mikroskop Jarum pentu Tusuk gigi Ø Bahan Kedelai Air laktofenol Ragi tempe 4. Cara Kerja Pembuatan Tempe a. Mengambil kedelai kuning sebanyak 500 gram yang sudah direndam selama kurang lebih 4 jam b. Membilas beberapa kali dengan air menggunakan mengalir c. Merebus kedelai sampai setengah matang d. Mengangkat, meniriskan, mengupas kuit arinya sampai bersih e. Mengukus sampai matang f. Mengangkat, meniriskan dan mendinginkannya g. Menambahkan ragi tempe dengan perbandingan 1 gram/1 kg kedelai Pembagian ragi tiap kelompok kel. 1 & 2 = 0,5 gram kel. 3 & 4 = 0,75 gram kel. 5 & 6 = 1 gram kel. 7 & 8 = 1,25 gram h. Mencampurkan ragi tempe dan kedelai sampai merata i. Menganginkan kedelai yang sudah dicampur dengan ragi tempe j. Bungkus dengan daun pisang 3, 5, dan 7 dan plastik kel. 2, 4, 6, dan 8 yang telah dilubangi k. Memeram selama 2x24 jam l. Melakukan pengamatan dan menuliskan hasil pengamatan pada tabel pengamatan Pengamatan Mikroskopis a. Mengambil jamur tempe dengan menggunakan jarum pentul b. Menaruh jamur tersebut pada gelas objek c. Menetesi jamur tempe pada gelas objek dengan laktofenol d. Menutupnya dengan menggunakan gelas objek e. Mengamati dibawah mikroskop 5. Hasil Pengamatan 1. Tabel Pengamatan No Kelompok Perlakuan Ragi Parameter Warna Kekompakan Aroma 1. 1 Daun 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 2. 2 Plastik 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 3. 3 Daun 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 4. 4 Palstik 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 5. 5 Daun 1 gram - 7 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 6. 6 Plastik 1 gram - 4 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 7. 7 Daun 1,25 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 8. 8 Plastik 1,25 gram - 3 putih - 2 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk berlendir - Aroma khas tempe - Busuk Pengamatan MIkroskopis 6. Pembahasan Praktikum kali ini bertujuan untuk untuk mengetahui cara pembuatan tempe, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pembuatan tempe,dan untuk mengetahui kelebihan dari tempe Tempe dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi pada bahan dasar yang digunakan yaitu dengan cara memfermentasi kedelai dengan jamur kapang Rhizopus sp dan berbagai mikrorganisme lain. Kapang Rhizopus menghasilkan enzim protease sehingga dapat menghidrolisis protein menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam-asam amino. Oleh karena itu kedelai yang masuk kedalam tubuh sudah memiliki senyawa yang siap pakai berupa asam amino. Tubuh tidak perlu lagi melakukan hidrolisis terhadap protein kompleks. Proses pembuatan tempe pada dasarnya yaitu terdiri dari perendaman yang bertujuan untuk merenggangkan ikatan dalam biji kedelai sehingga biji bisa renggang akibat dari absorsi air. Selanjutnya dilakukan perebusan tujuan untuk memudahkan pengelupasan kulit ari, kemudian pembersihan kulit ari dari kedelai yang berguna untuk memudahkan kapang untuk masuk dalam pori-pori biji kedelai, dilanjut dengan pengukusan untuk sterilisasi sesudah pembersihan kulit ari, pendinginan menyesuaikan suhu optimum kapang untuk tumbuh. Menanam ragi dengan perlakuan berbeda tiap kelompok untuk mengetahui pada konsentrasi berapa kapang paling baik tumbuh. Tahap terakhir yaitu pengemasan dengan menggunakan plastic atau daun pisang dengan memberi lubang pada kemasan yang bertujuan sebagai keperluan respirasi kapang. Setelah melakukan tahap-tahap di atas dan melakukan inkubasi selama 2 hari dihasilkan hasil dari tiap perlakuan sebagai berikut No Kelompok Perlakuan Ragi Parameter Warna Kekompakan Aroma 1. 1 Daun 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 2. 2 Plastik 0,5 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 3. 3 Daun 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 4. 4 Palstik 0,75 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 5. 5 Daun 1 gram - 7 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 6. 6 Plastik 1 gram - 4 putih - 1 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk - Aroma khas tempe - Busuk 7. 7 Daun 1,25 gram Putih Rata, tebal, banyak, padat Aroma khas tempe 8. 8 Plastik 1,25 gram - 3 putih - 2 coklat - Rata, tebal, banyak, padat - Busuk berlendir - Aroma khas tempe - Busuk Dari hasil diatas secara umum dari tiap perlakuan konsentrasi ragi yang digunakan untuk pembuatan tepe dengan peninggkatan tertentu menunjukkan pada konsentrasi rendah 0,5 dan 0,75 menunjukkan tinggkat keberhasilan mencapai 100% dengan tekstur padat,tebal, rata. Sedangakn pada konsentrasi ragi tinggi terhadap kedelai yaitu 1gram dan tingkat keberhasilan tempe semakin banyak ragi semakin rendah. Pada tempe yang berhasil menunjukkan tekstur padat,tebal, rata karena ikatan antar miselium yang kuat berbau khas karena tidak memproduksi amoniak yang menyebabkan tempe bau busuk. Sedangkan pada tempe yang gagal menimbulkan hasil tempe yang bau busuk. Bau busuk disebabkan oleh produksi amoniak yang berlebihan akibat dari perombakan protein oleh mikro organisme yang merubah asam amino menjadi amoniak. Kegagalan pada pembuatan tempe diakibatkan oleh ragi yang digunakan tidak merupakan isolate murni dari Rhizopus. Melainkan ada mikroorganisme lain yang bisa menghidrolisis asam amino menjadi amoniak. Sehingga menyebabkan bau busuk yang menyengat. Kegagalan pada perlakuan yang banyak yaitu 1 gram dan1,25 gram dikarenakan semakin banyak ragi yang digunakan maka akan semakin banyak pula kontaminan yang ditanam pada kedelai. Oleh karena itu semakin banyak ragi yang digunakan bukan berarti manambah tingkat keberhasilan pembuatan tempe melainkan memperkecil tingkat keberhasilan pembuatan tempe. 7. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut a. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer kapang roti, atau Rh. Arrhizus b. Tempe dibuat untuk meningkatkan nilai gizi pada kedelai c. Kegagalan pada perlakuan yang banyak yaitu 1 gram dan1,25 gram dikarenakan semakin banyak ragi yang digunakan maka akan semakin banyak pula kontaminan yang ditanam pada kedelai. Oleh karena itu semakin banyak ragi yang digunakan bukan berarti manambah tingkat keberhasilan pembuatan tempe melainkan memperkecil tingkat keberhasilan pembuatan tempe Saran a. Perlu dilakukan perlakuan dengan rentang ragi yang lebih sedikit sehingga dapat mengetahui batas ragi maksimum yang boleh digunakan Daftar Pustaka Novi Dewi Sartika. 2007. Studi pendahuluan daya antioksidan ekstrak metanol tempe segar dan tempe"Busuk" Kota Malang terhadap radikal bebas DPPH 1,1 -difenil-2-pikrilhidrazil. Skripsi. Universitas Negeri Malang 100% found this document useful 1 vote78 views30 pagesDescriptionLaporan Praktikum Pengantar Bioteknologi Pembuatan tapeCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote78 views30 pagesLaporan Acara 3 Pembuatan TempeDescriptionLaporan Praktikum Pengantar Bioteknologi Pembuatan tapeFull descriptionJump to Page You are on page 1of 30 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 13 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 18 to 27 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. BIOTEKNOLOGI FERMENTASI LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TEMPE Rhizopus oryzae / Rhizopus sp Nama Siswa Yanti Octavia Theressia Kelas XII MIA Guru Pembimbing Nely Sa’adaniyah, SMAN 4 MALINAU 2019 Judul Praktikum Cara Membuat Tempe Pemanfaatan bioteknologiTujuan Praktikum 1. Memenuhi tugas pratek akhir. 2. Mengetahui cara pembuatan tempe. 3. Mengetahui peran Rhizopus oryzae. 4. Untuk mempelajari proses dari pembuatan tempe dari kacang kedelai. Dasar Teori Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang Rhizopus ini berperan memecah senyawa kompleks yang ada pada bahan baku sehingga lebih mudah dicerna. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Tempe itu berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Tempe juga berpotensi digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Selain itu tempe mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Alat dan Bahan Ø Alat Kompor Panci Tampah/tampi Saringan Sendok Dandang Mangkok atau baskom Korek Jarum Serbet Ø Bahan Kedelai Ragi tempe RAPRIMA Air Pembungkus tempe plastik / daun pisang Tusuk gigi/lidi Cara Kerja Seluruh alat yang digunakan dan tangan dibersihkan. Ambil segenggam atau lebih kacang kedelai yang bersih, masukkan ke dalam mangkok, lalu tuang air biasa sampai setengah dari mangkok atau melewati permukaan kacang kedelai. Diamkan atau rendam kacang kedelai selama 1 malam atau 8 jam. Setelah 1 malam, bersihkan atau pisahkan kacang kedelai dari kulit ari dengan cara diremas, lalu cuci kacang kedelai menggunakan air mengalir hingga bersih. Sesudah itu, dipindahkan kacang kedelai ke dalam panci dan diisi dengan air sampai melewati permukaan kacang kedelai. Panci diletakkan diatas kompor yang sudah dinyalakan dan rebus / kukus kacang kedelai sampai empuk. Tiriskan kacang kedelai yang sudah empuk, dan keringkan dengan cara meratakan kacang kedelai di atas tampah/tampi, lalu di angin-anginkan. Setelah kacang kedelai kering, saatnya pemberian ragi tempe sebanyak setengah sendok makan atau 1 sendok makan. Aduk kacang kedelai bersama ragi, sampai merata. Sesudah itu, bungkus tempe menggunakan plastik atau daun, dengan ukuran sesuai keinginan. Jika menggunakan plastik, tusuklah plastik bolak balik sebanyak 20 tusuk. Selanjutnya, kacang kedelai yang sudah dibungkus diletakkan atau simpan pada tempat yang gelap, dan dibungkus menggunakan serbet. Tahap fermentasi Tunggulah selama 1 hari / 24 jam penuh. Setelah 1 hari penuh, tempenya sudah dikatakan berhasil jika ditandai dengan adanya, jamur berwarna putih yang tumbuh dikacang kedelai dan terlihat menyatu semua. *keterangan Kacang kedelai yang terendam selama 8 jam, ditandai dengan kulit ari yang mengambang, air yang berbuih, dan kacang kedelai yang membesar. Kulit ari kacang kedelai biasanya masih ada yang belum lepas, untuk memudahkan membersihkannya bisa melalui tahap 2 kali perebusan, untuk kebersihan yang merata. Hasil Pengamatan - Kacang kedelai ditumbuhi oleh jamur secara merata - Rasa dan baunya harum dari khas tempe - Awal pengambilan tempe terasa hangat - Tempenya jadi dalam 1 hari/24 jam penuh - Jika menggunakan kain/dibungkus menggunakan kain, suhunya akan terjaga. Pembahasan Dalam proses pembuatan tempe, semuanya harus steril demi terhindarnya dari kontaminasi. Kacang kedelai harus direndam untuk berhidrasi, supaya kulit ari menjadi mudah di lepas dari kacang kedelai. Kacang kedelai di rebus, agar kacang kedelai menjadi empuk atau lunak. Juga mempermudah membersihkan kacang kedelai dari kulit ari. Pemberian ragi pada kacang kedelai untuk pemicu proses fermentasi. Fungsi lubang pada plastik, untuk sirkulasi udaranya, dimana proses dari pembuatan tempe ini tergolong dalam proses anaerob. Proses fermentasi dilakukan ditempat tertutup/gelap, agar suhunya meningkat dan tumbuhnya jamur pun semakin mudah, dengan suhu 27°C - 30°C. Kacang kedelai ditutupi atau dilapisi serbet, agar suhunya tetap terjaga. Proses pembuatan tempe dalam keadaan ini, hanya dalam waktu 1 hari atau 24 jam penuh, jika terlalu lama tempe akan membusuk. Selama proses fermentasi, tempe jangan disentuh dulu sebelum jadi. Setelah 24 jam, tempe sudah harus dikeluarkan dari penyimpanan ke tempat terbuka, agar tidak membusuk. Selama proses fermentasi, kacang kedelainya berkeringat. Ini terjadi karena adanya proses pengurangan kadar air serta menjaga kelembaban pada kacang kedelai selama proses fermentasi. Setelah 24 jam penuh, tempe terasa hangat/panas. Dalam penelitian ini, Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosphorus adalah salah satu dari mikroorganisme yang sering digunakan dalam fermentsi untuk membuat tempe. Pada dasarnya membuat tempe sama halnya dengan fermentasi lainnya, artinya bahan yang digunakan untuk mebuat tempe harus dalam keadaan yang bersih dan siap digunakan. Awal dari proses pembuatan tempe adalah melakukan proses perendaman. Perendaman ini sendiri bertujuan untuk melunakkan kedelai yang akan dibuat tempe dan selain itu agar kedelainya mengembang dari ukuran semula. Setelah itu kedelai mengalami proses perebusan yang tujuannya adalah untuk melunakkan dan agar bakteri tempe dapat mati. Selanjutnya pencucian dan penghilangan kulit ari tujuannya adalah agar ragi yang ditambahkan bisa masuk kedalam daging kedelai dan juga agar teksturnya lembut tidak ada serat kasar. Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat. Sehingga daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Fermentasi kedelai menjadi tempe juga akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan hasil kerja enzim fitase yang diproduksi kapang tempe, yang mampu menghidrolisa asam fitat menjadi inositol dan fosfat yang bebas. Pembuatan tempe menggunakan plastik dan daun pisang. Fermentasi dan pengamatan dilakukan selama 1 hari / 24 jam. Dengan dibungkus menggunakan serbet, agar suhu selama proses fermentasi tetap terjaga. Setelah 12 jam, bungkusan kacang kedelai terlihat seperti berkeringat, ini disebabkan karena adanya kenaikan suhu dan kadar air akan mengalami penurunan pada proses fermentasi agar pertumbuhan jamur tidak tergangu. Jika sudah 24 jam penuh, seluruh kacang kedelai sudah ditumbuhi oleh jamur, dimana kacang kedelai sudah terlihat menyatu. Saat tempenya dipegang, tempenya akan terasa hangat atau panas. Ini terjadi karena dalam proses fermentasi suhunya akan meningkat, agar jamur tumbuh dengan cepat. Tempe yang sudah jadi ditandai dengan warna putih yang disebabkan oleh tumbuhnya Miselia jamur di sepanjang permukaan tempe dan menyatu, serta memiliki harum yang khas. Ciri-ciri keberhasilan pembuatan tempe - Tumbuhnya jamur secara merata - Harum/baunya khas tempe - Semua kacang kedelainya ditumbuhi jamur - Teksturnya kompak, padat dan lunak/empuk Pemicu gagalnya pembuatan tempe - Proses pembuatan salah - Tidak steril - Tidak sabaran - Tempenya menghitam - Tumbuhnya jamur hanya di salah satu tempat - Rasa dan baunya kecut - Ada kacang kedelai yang tidak ditumbuhi jamur - Tempenya tetap basah Kesimpulan Tempe berpotensi untuk melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Proses fermentasi tempe dilakukan oleh yang namanya Rhizopus oryzae dimana ini merupakan jamur yang tumbuh dengan suhu 27°C - 30°C, dan dengan kelembaban tertentu. Yang dipicu oleh ragi tempe. Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat penyebab flatuensi, yaitu stakiosa dan rafinosa. Sehingga daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembuatan tempe tersebut jika terlalu lama akan jadi over fermentasi. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai emnjadi lebih baik dan mudah dicerna. Dan proses berhasil dan tidak berhasilnya pembuatan tempe adalah sesuai dengan perlakuan, apa sudah benar dan tepat atau belum. Pembuatan tempe pada dasarnya dapat dilakukan oleh semua orang dengan alat & bahan yang mudah ternyata proses pembuatan tempe hanya dapat dilakukan dalam 1 hari, sesuai dengan banyaknya kacang kedelai, karena bisa mencapai 3 hari penuh. Daftar Pustaka Praktikum Bioteknologi I Fermentasi Bahan Makanan Pembuatan Tempe Menganalisis dan memahami prinsip fermentasi yang terjadi pada kedelai hingga menjadi tempe 6 Kertas Minyak 7 Panci 8 Baskom 4 Daun pisang, jati, dan waru 9 Kompor 10 Stapler 1 Cuci kedelai dengan air bersih 2 Rendam kedelai selama 6-12 jam agar kedelai mengembang 3 Rebus kedelai selama 1 jam yang bertujuan untuk melunakkan kedelai 4 Kedelai kemudian diremas-remas hingga kulit kedelai terkelupas dari bijinya 5 Kemudian tiriskan dan bilas kedelai sampai bersih dari kulitnya 6 Campurkan kedelai dengan ragi sampai rata dengan perbandingan 1kg kedelai dicampur dengan 40gr ragi tempe aduk hingga merata 7 Timbang 50gr campuran kedelai dan ragi tersebut lalu bungkus dengan daun yang disediakan daun pisang, daun waru, dan daun jati, pembungkusan juga menggunakan bahan lain plastik dan kertas minyak kemudian tusuk-tusuk atau toreh agar udara bisa masuk 8 Pemeraman dilakukan pada suhu kamar dengan ruangan agak gelap selama 2x24 jam 9 Amati hasil dan bandingkan dalam bentuk tabel pengamatan. Amati pula dibawah mikroskop masing-masing tempe tersebut dengan mengambil sedikit miselium jamur pada permukaan tempe. Gambar tempe pada masing-masing media pembungkus Jenis Pembungkus Gambar Tempe Gambar hifa Daun Pisang Daun Waru Daun Jati Plastik Kertas Minyak Kriteria Pengamatan Jenis Pembungkus Indikator Pengamatan Tekstur Aroma Warna Pertumbuhan Jamur Spora Daun Pisang Lembut, miselium terikat erat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih jarang, miselium tebal, Baru meng- hasilkan sedikit spora Daun Waru Kasar, miselium hanya mengikat beberapa kdelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih kehitaman, kedelai masih terlihat kekuningan Tersebar pada bagian tertentu, tidak menutupi seluruh permukaan tempe, hanya beberapa, miselium tipis Sudah meng-hasilkan banyak spora Daun Jati Agak kasar, miselium tidak mengikat beberapa kedelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih, beberapa kedelai terlihat mulai menghitam Tidak merata dimana ada beberapa bagian yang tidak tertutupi, miselium tipis Sudah menghasilkan spora yang lumayan banyak Plastik Agak lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tipis Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Kertas Minyak Lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tebal Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Proses pembuatan tempe pada dasarnya merupakan proses penumbuhan spora pada jamur tempe oleh Rhizopus sp. Seperti yang kita ketahui pembuatan tempe dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni oksigen, suhu, pH, dan Kelembaban udara uap air. Faktor tersebut sangat mendukung dalam proses pertumbuhan jamur tempe Rhizopus dimana ketika keadaan lingkungan yang baik sesuai dengan keadaan jamur yang tumbuh, maka akan menghasilkan tempe yang bagus. Menurut Sarwono dalam Iqbalali “Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah keping-keping biji kedelai yang telah direbus. mikroorganismenya berupa kapang antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dapat terdiri atas kombinasi dua spesies atau ketiganya dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30˚C, pH awal 6,8% kelembaban nisbi 70-80%. Tetapi pada praktikum ini, keadaan tersebut diberlakukan sama pada setiap pengujian tempe, yang membedakan hanya dari jenis pembungkus saja. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, menemukan bahwa pada setiap tempe yang dibuat dengan hasil yang berbeda disebabkan oleh pembungkus yang berbeda pada tempe. Perbedaan tidak hanya terlihat pada permukaan tempe saja, tetapi juga terlihat berbeda pada pengelihatan mikroskopik. Dari hasil percobaan kami, kami menemukan bahwa tempe terbaik dihasilkan saat menggunakan daun pisang sebagai pembungkus, sedangkan yang kurang baik adalah menggunakan daun waru dan jati. Hal ini berbeda dengan refrensi yang kami dapatkan dimana hasil tempe dari pembungkus daun lebih baik daripada pembungkus sintetis. Terjadi beberapa kesalahan perlakuan pada setiap tempe yang kami buat menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan jamur tempe. Kurang maksimalnya hasil tempe yang didapatkan ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni pada saat penirisan kedelai tidak dilakukan dengan benar dan pada saat pengemasan, dimana kedelai masih basah dan terdapat air, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menyebabkan pembusukan. Selain itu, pemberian ragi tempe yang tidak merata, suhu yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan beberapa bagian tempe mengalami pembusukan. Hasil tempe yang dibungkus dari daun pisang menghasilkan pertumbuhan Rhizopus yang maksimal, dimana miselium tebal dan mengikat seluruh bagian kedelai yang menyebabkan tekstur tempe menjadi lembut merata, aroma yang dihasilkan juga aroma khas tempe walaupun sedikit kurang sedap, warna miselium yang menutupi kedelai berwarna putih. Dilihat secara mikroskopik hifa terlihat panjang, dan baru menghasilkan sedikit spora yang matang, hal ini yang menyebabkan warna tempe masih berwarna putih. Menurut beberapa sumber yang kami baca, hal ini disebabkan karena daun pisang mengandung polifenol yang berfungsi sebagai antioxidan dan juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus, hal trersebut dapat memaksimalkan proses fermentasi. Daun pisang juga memiliki rongga-rongga udara yang dapat melancarkan sirkulasi udara yang mana jamur tempe memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Pada tempe yang dibungkus menggunakan daun waru memiliki tekstur yang kasar dimana miselium hanya mengikat beberapa kedelai, miselium yang dihasilkan juga sedikit, pada pembesaran mikroskopik terlihat spora jamur sangat banyak yang matang sebagai indikasi dari tempe yang muai akan membusuk, daun waru merupakan media tumbuh dan berkembang yang baik bagi Rhizopus sp. dimana jamur tempe ini akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal, tetapi dalam praktikum ini miselium yang dihasilkan tidak merata mengikat kedelai. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikum yang kami lakukan, kami tidak mencuci daun waru yang digunakan untuk membungkus kedelai fermentasi, kami menduga bahwa terdapat mikroorganisme lain yang ada di permukaan daun waru tersebut jamur dan bakteri penghambat. Tempe yang dihasilkan memiliki sedikit aroma tempe dan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap amoniak. Hifa berwarna putih dengan beberapa bagian menghitam yang menunjukkan pematangan spora yang terjadi, terlihat banyak pematangan spora pada pembesaran mikroskopik. Daun waru sebagai media tumbuh jamur yang sangat baik, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan reproduksi jamur tempe. Hal ini menyebabkan tempe cepat menghitam dan berbau busuk karena cepatnya pertumbuhan dan pematangan spora jamur. Seharusnya miselium yang tumbuh pada tempe ini banyak menutupi kedelai tetapi karena daun terkontaminasi menyebabkan pertumbuhan hifa tidak merata. Pada tempe dengan pembungkus daun jati menghasilkan tekstur tempe yang agak kasar, miseliumnya tidak mengikat semua kedelai, pertumbuhan jamurnya tidak merata, ada beberapa bagian yang tidak ditutupi hifa, dan hifanya tipis. Pada pembesaran mikroskopik terlihat beberapa spora yang sudah matang, sebagai indikasi bahwa tempe sudah mengalami proses pematangan dan selanjutnya akan mengalami pembusukan. Aroma yang dihasilkan dari tempe pembungkus daun jati ini sedikit berbau tempe dan aromanya tidak sedap. Pada beberapa bagian tempe yang memadat berwarna putih disebabkan oleh pertumbuhan miselium kapang sedangkan bagian yang tidak memadat/lembek dan terdapat bercak berwarna kehitaman. Selain itu, pada daun jati terdapat banyak trikomata yang memungkinkan terdapat banyak spora sehingga akan mengganggu proses fermentasi karena adanya mikroorganisme selain miselium tersebut. Kesalahan juga terjadi pada saat pembungkusan, kami tidak membersihkan daun jati yang menyebabkan mikroorganisme masih melekat pada permukaan daun, adanya trikomata yang tebal juga menyulitkan dalam pembersihan/ pensterilan daun. Selain itu kami juga salah dalam melakukan pembungkusan kedelai tempe. Sesuai refrensi yang kami baca, seharusnya pada saat membungkus kedelai menggunakan bagian bawah daun untuk memaksimalkan pertumbuhan jamur tempe, tetapi kami menggunakan bagian atas daun yang dapat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur tempe. Dalam daun jati terdapat kandungan antosianin yang berperan sebagai antioksidan. Antosianin ini merupakan sub-tipe senyawa organik dari flavonoid. Senyawa ini sering digunakan dalam pengawetan buah. Karena kandungan antisianin ini menyebabkan pembusukan sulit terjadi. Seharusnya tempe yang dihasilkan bagus karena adanya antosianin ini, tetapi mungkin karena adanya kesalahan dalam praktikum ini menyebabkan kurang bagusnya hasil tempe dengan pembungkus daun jati ini. Pada tempe dengan pembungkus plastik tekstur yang dihasilkan agak lembut, miselium saling mengikat. Aroma yang dihasilkan khas aroma tempe akan tetapi sedikit tidak sedap. Hifa berwarna putih, kedelai masih terlihat kekuningan. Pertumbuhan jamur cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit hifa, hifanya pun tipis. Dengan menggunakan media plastik menghasilkan tempe yang cukup bagus, karena plastik cendrung lebih steril dibandingkan media lainnya yang menggunakan daun. Tak jarang pada daun terdapat mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tempe. Tetapi plastik merupakan bahan sintetis yang mengandung bahan kimia yang kurang baik bagi konsumen. Faktor ini dipengaruhi karena kurangnya pelubangan pada plastik yang menyebabkan jamur tempe kurang mendapatkan oksigen. Faktor lainnya juga karena pada saat pemberian ragi yang tidak merata sehingga pertumbuhan kapang tidak merata, selain itu pada saat penirisan dan pembersihan kulit ari kurang baik sehingga miselium susah untuk menembus kedelai tersebut. Saat peragian kedelai masih basah sehingga air masih banyak yang menyebabkan miselium tidak dapat tumbuh dan cepat membusuk. Pada tempe yang dibungkus dengan kertas minyak memiliki hasil tempe yang hampir mirip dengan tempe yang dibungkus dengan plastik. Pada intinya kertas minyak menggunakan lapisan plastik pada permukaan kertas hanya saja lebih tipis. Dengan menggunakan kertas minyak lebih bagus dibandingkan pembungkus plastik, kami menduga bahwa hal ini disebabkan karena pada kertas minyak suplay oksigen dan keadaan suhu lebih tepat dibandingkan plastik. Pada pembesaran mikroskopik tidak terihat terjadinya pematangan spora baik pada plastik maupun kertas minyak, pembungkus yang berbahan dasar plastik dapat memberikan suhu yang lebih dibandingkan suhu normal tumbuh jamur tempe, dengan hal tersebut dapat menghambat pematanggan spora jamur. Kesimpulan yang dapat kami tarik dari praktikum yang dilakukan ialah, pertumbuhan Rhizopus pada tempe dipengaruhi karena pembungkus yang berbeda. Masing-masing pembungkus memberikan perlakuan yang berbeda pada kedelai, sehingga menghasilkan tempe degan kualitas yang berbeda. Pematangan spora yang terjadi juga berbeda pada setiap jamur tempe pada masing-masing pembungkus tempe. Pada praktikum yang kami lakukan, tempe yang terbaik dihasilkan pada pembungkus daun pisang sesuai dengan kreteria pembahasan. Seharusnya membungkus tempe dengan menggunakan daun akan lebih daripada bahan sintetis. Tetapi karena kesalahan dalam proses praktikum kami menemukan hasil yang berbeda yakni daun jati dan daun waru menghasilkan tempe yang kurang baik. Nurhidajah, Siti Aminah.” CHIPS TEMPE SEBAGAI MAKANAN RINGAN ALTERNATIF PENGGANTI JUNKFOOD”. Universitas Muhammadiyah Semarang. Dalam Sarwono B, 1996, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta Buku Online. Sukardi, dkk. Desember 2008. “UJI COBA PENGGUNAAN INOKULUM TEMPE DARI KAPANG Rhizopus oryzae DENGAN SUBSTRAT TEPUNG BERAS DAN UBIKAYU PADA UNIT PRODUKSI TEMPE SANAN KODYA MALANG”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3. Dalam Universitas Sumatera Utara.”Tempe” dalam artikel ilmiah.

laporan praktikum bioteknologi pembuatan tempe